Minggu, 03 Juli 2011

Character Building ☻

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia “(QS. Ar-Ra’ad [13]:11).

“Iman itu”,“setengahnya berada pada syukur dan separonya lagi ada pada sabar”. Kesempatan menghirup udara detik ini adalah nikmat yang terbesar untuk kita syukuri. Artinya, Allah masih memberi kesempatan kepada kita untuk mengubah apa yang bisa kita ubah dan menerima apa yang tidak bisa kita ubah. Gunakan detik ini dan detik berikutnya untuk merubah diri. Paling tidak, ucapkan dengan tulus: “Al-hamdulillâhi rabbi al-‘âlamîn!” (Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam) atas semua nikmat dari Allah —otak, telinga, mata, kaki, tangan, jantung, dan seluruh anggota tubuh lainnya— yang masih berfungsi sampai detik ini. Intinya, dengan kaca mata iman, semuanya menjadi kebaikan; bila kita mampu meraih sesuatu sesuai dengan keinginan, maka kita akan bersyukur. Sebalik, jika mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan, maka kita akan sabar. Sehat, syukur. Sakit, sabar. Bagi orang beriman, tidak ada bedanya antara sehat dan sakit, keduanya tetap mendatangkan rasa bahagia. Wajar jika nabi bersabda: “Sungguh sangat mengagumkan orang yang beriman. Segala urusannya adalah baik baginya. Dan itu terjadi, kecuali hanya pada orang yang beriman. Jika ia mendapatkan nikmat, ia bersyukur. Maka itu merupakan kebaikan bagi dirinya. Apabila ditimpa musibah, ia bersabar. Maka itu merupakan kebaikan bagi dirinya.” (Muslim & Ahmad)

Prinsip 1: Awali Dengan Basmalah “Sesungguhnya (hasil) setiap amal perbuatan”, sabda nabi Muhammad Saw. yang diwartakan oleh Imam Bukhari, “tergantung dengan niat.”

Langkah praktis prinsip 2 ini adalah: Lakukan lagi Majlis Iman Ibnu Rawahah: Merenunglah sejenak! Gunakan “kesadaran diri” (yaqdzah/self awarness) untuk melihat apa yang telah (pengalaman hidup) dan apa yang sedang terjadi (kondisi hidup) pada dirimu. Lalu, aktifkan “suara nurani” (bashîrah/conscience) dalam dirimu. Pelajari dan catatlah, mana yang bisa Anda ubah, dan mana yang tidak bisa Anda ubah! Dari data dirimu itu, “gunakanlah” (use it) apa yang Anda bisa ubah sebagai bahan pelajaran untuk merubah diri atau melejitkan potensi diri. Bersyukurlah! Sedangkan yang tidak bisa Anda ubah, maka abaikanlah (lose it)! Dan bersabarlah!

Prinsip 3: Berikanlah Yang Terbaik

Prinsip 4: Lihatlah Impian “Barang siapa menjadikan akhirat sebagai impiannya,” “Allah akan menjadikan kekayaan dan rasa cukup dalam hatinya, mengumpulkan yang tercerai-berai darinya dan dunia mendatanginya dalam keadaan hina. Dan barang siapa menjadikan dunia sebagai impiannya, maka Allah akan menjadikan kefakiran di hadapannya, mencerai-beraikan urusannya dan dunia tidak datang kepadanya kecuali yang telah disempitkan kepadanya.”

Langkah praktis prinsip 4 ini adalah: Gunakan imajinasi (fikrah/imagination) untuk memvisualisasikan (menggambarkan dalam pikiran) saat di alam akhirat; alam kubur; detik-detik menjelang kematian; dan beberapa tahun yang akan datang (5, 10, 35 tahun). Saat memvisualisasikan akhirat, bertanyalah kepada dirimu: “Apakah saya termasuk orang bisa menatap wajah Allah atau tidak? Apakah saya ahli surga atau neraka? Apakah saya selamat melintasi shirâth al-mustaqîm atau terjatuh? Apakah buku amalan saya hasil catatan malaikat Raqib dan Atid lebih banyak memuat kisah iman dan amal shaleh atau kekafiran dan kemaksiatan? Apakah “rekaman perbuatan” saya yang dilakukan oleh Allah, diri sendiri, rasul-Nya, orang beriman, manusia, dan benda-benda yang kita miliki banyak merekam kebaikan atau keburukan? Apakah tatkala matahari beberapa senti di atas kepala kita, kita termasuk orang yang mendapat naungan cahaya dari Allah atau bukan? Apakah ketika air keringat meluap sebatas lutut; dada; hidung; bahkan sampai menenggalamkan kepala, kita termasuk yang mendapat pertolongan Allah atau bukan? Ketika manusia berbondong-bondong meminta syafa’at kepada nabi, apakah kita termasuk orang yang menerimanya atau justru ditolak nabi karena kita tidak pernah mengikuti cara hidupnya? Dan seterusnya.
Ketika memvisualisasikan diri dalam alam kubur: “Apakah saya bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir? Apakah di alam kubur saya termasuk orang yang mendapat nikmat atau tersiksa? Apakah amal perbuatan saya akan menjelma jadi penghibur atau penyiksa? Apakah kuburan saya termasuk dilapangkan oleh Allah Swt. atau tidak? Apakah di alam kubur saya diperlihatkan keindahan surga atau justru kepedihan neraka? Dan seterusnya.
Tatkala memvisualisasikan detik-detik menjelang kematian: “Apa yang telah aku lakukan untuk diri sendiri, ibu-bapak, adik-kakak, pasangan hidup, anak, nenek-kakek, bibi-paman, teman, dan seluruh manusia? Apakah menjelang kematian saya berada di tengah-tengah orang saya cintai atau bukan? Apakah ketika mati saya dalam keadaan dekat dengan Allah atau tidak? Apakah saat nyawa dicabut, saya mengucapkan dua kalimat syahadat atau tidak? Ketika saya meninggal, apakah saya meninggalkan anak sholeh yang memandikan, mengapani, menyolatkan, dan menguburkan saya atau tidak? Setelah saya meninggal, apakah saya menjadi buah tutur yang baik atau bukan?
Sewaktu memvisualisasikan beberapa tahun yang akan datang, misalnya 25 tahun —bayangkan berdasarkan peran: “Sebagai hamba Allah: Apakah ketika itu pemikiran, perasaan, dan tidakkan saya sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah atau tidak? Apakah saya termasuk orang istiqamah dengan tuntutan iman atau tidak? Apakah ibadah saya ikhlas dan sesuai dengan contoh nabi? Apakah akhlak saya Islami atau bukan? Sebagai pribadi: “Apakah saya telah mengoptimalkan potensi diri saya atau belum? Apakah saya berbahagia atau tidak? Apakah diri berkembang atau tidak? Sebagai anak: “Apakah saya termasuk berbakti atau tidak? Apa yang telah saya berikan untuk kedua ortu saya? Apakah saya sering mendo’akan ortu atau tidak? Sebagai ortu: “Berapa anakkah yang saya miliki? Apakah saya telah menjadi ortu yang baik atau bukan? Apa yang telah saya berikan terhadap anak saya? Sebagai pekerja: “Apakah saya memiliki pekerjaan tetap atau tidak? Apa jenis pekerjanan saya? Di mana saya bekerja? Berapa gaji saya? Sebagai anggota masyarakat: “Apakah kontribusi saya terhadap masyarakat? Apakah masyarakat menyukai saya atau tidak? Begitu seterusnya.

Prinsip 5: Temukan Potensi dan Peluang Diri “Mukmin yang kuat,” sabda nabi Muhammad Saw., “lebih baik dan lebih Allah cintai dari pada mukmin yang lemah. Walaupun keduanya tetap memiliki kebaikan —potensi. Seriuslah terhadap sesuatu yang bermanfa’at bagimu dan minta bantuan kepada Allah, serta jangan bersikap lemah. Jika ada sesuatu yang menimpamu, jangan bilang: “Andaikan saya melakukan ini, pasti deh akan begini. Andaikan saya melakukan itu, pasti deh akan begitu!” tetapi katakan: “Inilah taqdir Allah, apa yang Dia kehendaki pasti terjadi!”, sebab kata “berandai-andai” —kalau begini, kalau begitu— akan membuka tindakan syetan.” (HR. Muslim)

Langkah praktis prinsip 5 ini adalah: Anda pernah mempelajari konsep problem solving SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treatment)? Nah, luangkan waktumu untuk mengajukan pertanyaan nabi itu kepada dirimu sendiri: “Apa yang kamu miliki?” Arahkan pertanyaan ini ke “dalam” dirimu. Perhatikan, kelebihan (strength) dan kekurangan (weakness) yang kamu miliki. Lalu, arahkan pertanyaan nabi ke sesuatu “di luar” dirimu —keluarga, sekolah, lingkungan, dst. Perhatikan, kesempatan (opportunity) dan rintangan (treatment). Sambil bertanya, ambillah pulpen dan kertas. Tulis empat kolom besar di kertas itu. Pada bagian atas kolom itu, masukan empat kata itu. Tulislah jawabanmu dalam empat kolom sesuai dengan katagori: kekuatan, kekurangan, kesempatan, dan peluang.

Prinsip 6: Rumuskan Cara Meraih Impian C.R. Snyder —ahli psikologi dari Universitas of Kansas— harapan. Menurutnya, harapan adalah “yakin bahwa kamu mempunyai kemauan maupun cara untuk mencapai sasaran kamu, apapun sasaran kamu itu.”


Alhamdulillah "LULUS CGP Angkatan 8 Tahap 2"

  Alhamdulillah setelah melalui proses seleksi essay yg selesai pada detik² terakhir deadline...seleksi simulasi simulasi mengajar yang hany...